Dalam setiap aktifitas, apalagi dalam bekerja, kita
pasti dinilai oleh orang lain. Sebagai karyawan akan dinilai oleh atasan. Dosen
akan dinilai rector atau tim penilai. Guru dinilai oleh kepala sekolah.
Pedagang akan dinilai oleh pelanggan.
Nilai lebih menekankan pada suka-tidak suka,
positif-negatif, baik secara personal maupun kelompok. Oleh karenanya,
implikasi terhadap peristiwa benar-salah, baik-buruk tak dapat dihindari. Ini
tercermin dalam kehidupan bermasyarakat yang terjadi setiap saat.
Karena muatan nilai ini sangat penting, maka yang
perlu diperhatikan oleh kita semua adalah karakteristik nilai.
1. Kebebasan (freedom)
Sebagai bagian dari masyarakat, ada keluarga yang
membawa pola kebebasan, ada yang menganut tradisi asal daerah, apa pula yang
patuh dengan perintah agama. Namun hidup bertetangga tak seharusnya memilih
kebebasan tanpa batas. Masyarakat yang akan menilai baik-tidak baik yang
menjadi kesepakatan bersama.
Demikian pula dalam suasana lingkungan pekerjaan.
Aturan dalam kelembagaan telah disepakati bersama. Benar-salah telah ditetapkan
oleh institusi. Karena nilai yang hendak dibangun adalah tujuan tertentu yang
telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan.
2. Kenikmatan (pleasure)
Setelah pola aturan main ditetapkan, pada akhirnya
semua orang yang bekerja di lembaga itu akan mendapatkan kenikmatan dalam
bekerja. Bagian satu dengan yang lain saling terhubung, meski bidang profesinya
berbeda. Bila kenikmatan dalam bekerja telah tergenggam, buah hasil jerih payah
siap untuk dipetik tanpa ada gesekan social.
3. Harga Diri
Harga diri bisa mencakup dua bagian, profesi dan
kepribadian. Profesi lebih mengarah pada finansial. Harga seorang kepala bagian
tentu berbeda dengan harga penjaga gudang. Perolehan gaji yang didapatkan
masing-masing orang juga tergantung pada nilai tanggung jawab. Walaupun
sama-sama kepala bagian, tapi efek tanggung jawabnya berbeda, maka penghargaan
secara profesi terhadap orang, masing-masing berbeda.
4. Kejujuran
Kejujuran mestinya tidak harus dilembagakan. Karena
kejujuran sejatinya bawaan. Namun karena pengaruh lingkungan, kejujuran seperti
makhluk hidup yang selalu diikat dan dikendalikan. Bekerja di perkantoran pasti
terikat dengan aturan. Aturan ditegakkan dalam rangka menjunjung kejujuran.
Sebaliknya kejujuran senantiasa dirawat agar nilai-nilai kejujuran menjadi
mesin penggerak pekerjaan di kantor.
5. Kepatuhan
Tata tertib dibuat bukan untuk dilanggar. Aturan
dibuat agar memproduksi energi kepatuhan. Loyalitas bekerja di perusaaan adalah
ujud dari kepatuhan. Dengan memiliki kepatuhan, diharapkan nilai produksi
meningkat tajam.
6. Keadilan.
Menjadi kewajiban atasan untuk berbuat adil terhadap
orang yang dipimpin. Menjadi kewajiban kewajiban kayawan untuk selalu
melaksanakan perintah atasan. Masing-masing memiliki tugas yang telah
dibebankan pada semua orag di kantor itu. Keadilan tidak harus sama rata, sama
rasa. Tapi menempatkan di suatu tempat dengan pas, itu keadilan.
Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan
diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam
Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah
perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.Oleh karena itu
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain
sebagainya.Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di
identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa
yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka
pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985)
menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan
perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu
pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.
Hawkins (dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa
pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang
berhubungan dengan keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan
langkah selanjutnya adalah tindakan.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan
konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan
bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama
keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang
memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan.
Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan
pilihan-pilihan konsumsi seseorang .
Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara
hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat
seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi.
Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen
sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Menurut
Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan
uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya.
Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan
konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu
aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi
sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa
mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa
yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan
konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan
bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama
keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang
memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan.
Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Begitu pula menurut Mowen dan Minor yang menyatakan
bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan
mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang
konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas.
Mowen dan Minor menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup,
bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan
waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang
aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan
nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen.
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan
pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup
seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin
dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan
oleh pemasar secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai
kosnumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi
perilaku konsumen.
Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara
hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka,
apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia
sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera
pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan lain yang
terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup.
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen :
1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen
untuk melakukan segmentasi pasar sasaran.
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu
dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan.
3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat
menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok.
4. Mengetahui
gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai
dengan tuntutan gaya hidup mereka.
Hubungan keduanya dalam perilaku konsumen
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli..Konsumsi
seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian
terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis.
Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada
saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja
yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.Situasi
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang
terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang
).Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang
secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/10/12/karakteristik-nilai-kepribadian-495138.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar