Minggu, 25 November 2012

Kepribadian dan Gaya Hidup




Dalam setiap aktifitas, apalagi dalam bekerja, kita pasti dinilai oleh orang lain. Sebagai karyawan akan dinilai oleh atasan. Dosen akan dinilai rector atau tim penilai. Guru dinilai oleh kepala sekolah. Pedagang akan dinilai oleh pelanggan.
Nilai lebih menekankan pada suka-tidak suka, positif-negatif, baik secara personal maupun kelompok. Oleh karenanya, implikasi terhadap peristiwa benar-salah, baik-buruk tak dapat dihindari. Ini tercermin dalam kehidupan bermasyarakat yang terjadi setiap saat.
Karena muatan nilai ini sangat penting, maka yang perlu diperhatikan oleh kita semua adalah karakteristik nilai.
1. Kebebasan (freedom)
Sebagai bagian dari masyarakat, ada keluarga yang membawa pola kebebasan, ada yang menganut tradisi asal daerah, apa pula yang patuh dengan perintah agama. Namun hidup bertetangga tak seharusnya memilih kebebasan tanpa batas. Masyarakat yang akan menilai baik-tidak baik yang menjadi kesepakatan bersama.
Demikian pula dalam suasana lingkungan pekerjaan. Aturan dalam kelembagaan telah disepakati bersama. Benar-salah telah ditetapkan oleh institusi. Karena nilai yang hendak dibangun adalah tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan.
2. Kenikmatan (pleasure)
Setelah pola aturan main ditetapkan, pada akhirnya semua orang yang bekerja di lembaga itu akan mendapatkan kenikmatan dalam bekerja. Bagian satu dengan yang lain saling terhubung, meski bidang profesinya berbeda. Bila kenikmatan dalam bekerja telah tergenggam, buah hasil jerih payah siap untuk dipetik tanpa ada gesekan social.
3. Harga Diri
Harga diri bisa mencakup dua bagian, profesi dan kepribadian. Profesi lebih mengarah pada finansial. Harga seorang kepala bagian tentu berbeda dengan harga penjaga gudang. Perolehan gaji yang didapatkan masing-masing orang juga tergantung pada nilai tanggung jawab. Walaupun sama-sama kepala bagian, tapi efek tanggung jawabnya berbeda, maka penghargaan secara profesi terhadap orang, masing-masing berbeda.
4. Kejujuran
Kejujuran mestinya tidak harus dilembagakan. Karena kejujuran sejatinya bawaan. Namun karena pengaruh lingkungan, kejujuran seperti makhluk hidup yang selalu diikat dan dikendalikan. Bekerja di perkantoran pasti terikat dengan aturan. Aturan ditegakkan dalam rangka menjunjung kejujuran. Sebaliknya kejujuran senantiasa dirawat agar nilai-nilai kejujuran menjadi mesin penggerak pekerjaan di kantor.
5. Kepatuhan
Tata tertib dibuat bukan untuk dilanggar. Aturan dibuat agar memproduksi energi kepatuhan. Loyalitas bekerja di perusaaan adalah ujud dari kepatuhan. Dengan memiliki kepatuhan, diharapkan nilai produksi meningkat tajam.
6. Keadilan.
Menjadi kewajiban atasan untuk berbuat adil terhadap orang yang dipimpin. Menjadi kewajiban kewajiban kayawan untuk selalu melaksanakan perintah atasan. Masing-masing memiliki tugas yang telah dibebankan pada semua orag di kantor itu. Keadilan tidak harus sama rata, sama rasa. Tapi menempatkan di suatu tempat dengan pas, itu keadilan.

Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri.
Hawkins (dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .
Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Menurut Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya.
Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Begitu pula menurut Mowen dan Minor yang menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen.
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai kosnumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup.
Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen :
1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran.
2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan.
3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya pada media-media yang paling cocok.
 4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan      tuntutan gaya hidup mereka.

Hubungan keduanya dalam perilaku konsumen
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli..Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ).Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar